Friday, August 17, 2018
Merdeka
100 %
Negeriku kini telah merdeka,
mengumandangkan proklamasi 73
tahun silam.
Disusul sorak sorai dan tepukan
yang riuh meriah.
Mengubur perlahan kutukan
penjajahan yang membinasakan,
sejak hidup hingga tewas di medan
pertempuran.
Darah dan mayat berceceran
dimana-mana,
jeritan wanita dan anak-anak
meraung-raung.
Duduk tersungkur dengan senapan
tepat di pelipis kepala.
Sebilah bambu runcing menjadi
saksi hidup,
Mati atau merdeka.
Istri-istri dipergauli dan
dibunuh,
sementara cekikikan tawa di atas
tangisan
yang hampir berdarah.
Prajurit proklamasi menemui
ajalnya,
disekutui oleh penghianat dengan
rupa yang tak berbeda.
Bersembunyi di atas tanah
kelahiran
yang dijejaki manusia-manusia tak
beradab.
Negeriku akhirnya kini merdeka,
mengumandangkan kebebasan yang
dibuat seolah bergema.
Hingga dilakonkan laksana wangi
maut
bunga katsuri.
Gentar berpendar dalam nelangsa
yang menyeret jiwa-jiwa prajurit
yang tewas teraniaya.
Dihantui dendam dan ketakutan
yang kian legam.
Sementara proklamasi tetap dikumandangkan,
seolah percaya bahwa negeriku
benar-benar merdeka.
Menunda perjuangan sekarat
yang ingin menjerat maut sekali
lagi.
Akankah rakyat pribumi dengan
khidmat
menikmati kemerdekaan?
Atau tetap mati membusuk di
gubuk-gubuk
reot yang tua itu.
Sejarah menjadi bisu dihadapan
rakyat jelata
yang meringis menuntut
kemerdekaan seutuhnya.
Dan sekali lagi dikumandangkan,
jika negeriku kini telah merdeka.
Tank tank berukuran raksasa
menjadi renta tak bertuan.
Tapi tetap saja rakyat pribumi
mengayuh
harapan dan cita yang sia-sia.
Melarat hingga berkarat di tanah
yang sekarat.
Dan rakyat pribumi kembali
mempertegas lekuk bayangan
sendiri
pada cermin yang tak pernah
mengumbar dusta.
Mengenali belulang-belulang yang
diremuk paksa.
Dan semboyan itu tetap dikumandangkan,
bahwa negeriku kini telah
merdeka.
Mengecup semesta tanpa suara
ledakan
yang melesat tiba-tiba.
Memecah hening yang kini tentram
tanpa trauma.
Namun sesekali rakyat pribumi
menjadi pasrah,
digerogoti serapah yang
mengawang-ngawang.
Menyentak dahaga dan perut
keroncongan,
Terkunci dalam sesak yang
mengiris sembilu.
Meski pilu terkubur hingga
membusuk
di tanah berkabung.
Tetap saja dikumandangkan bahwa
negeriku kini telah merdeka?
Makassar, 15
Juli 2018
Nurlatifah Amu
Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan 2016
HIMASEI UNHAS
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.
0 comments:
Post a Comment