
EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERJALAN BERIRINGAN?
Bakan, Joel, The Coorporation, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004. Gorz, Andre, Ekologi dan Krisis Kapitalisme, Yogyakarta: Insist Press, 2003.Harefa, Octhavianus dan Tobing, Tumpal., L, (ed) Krisis Ekologi: Tantangan Keprihatinan dan Harapan, Yogyakarta: BKS-GMKI Yogyakarta, 1994.Keraf, Sony., A, Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global, Yogyakarta: Kanisius, 2010. Magdoff, Fred dan Foster, Jhon B. Lingkungan Hidup dan kapitalisme. Terjemaahan oleh Pius Ginting. Tangerang Selatan: CV.Marjin Kiri, 2018.Michelli, Joseph., A, Starbucks Experience, Jakarta: Esensi, 2007. Rahadjo, Dawam., M, (ed) Kapitalisme Dulu dan Sekarang, Jakarta: LP3ES, 1987. Samekto, Adji., FX, Kapitalisme, Modernisasi dan Kerusakan Lingkungan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.Arif, di kompasiana.https://www.kompasiana.com/arifuop/5eda6cd9097f367b570f 0092/kapitalisme-dan-lingkungan-boven-digoel?page=4


"Peran Mahasiswa Untuk Perikanan Masa Mendatang"
Emylia Syair¹
Editor: Ardiansya Saputra
Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yang mata pencahariannya menangkap ikan, pe nangkap ikan di laut (W.J.S. Purwodarminto, h.674). Menurut Pasal 1 Undang-Undang Republik Indo-nesia No. 6 tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan (LNRI No. 97 tahun 1964, TLN No. 2690), pengertian nelayan dibedakan menjadi dua yaitu: nelayan pemilik dan nelayan penggarap. Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan. Nelayan penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan di laut. Sedangkan dalam ketentuan Undang-Undang Perikanan, mengatur dan membedakan pengertian nelayan menjadi dua yaitu nelayan dan nelayan kecil. (Retnowati.E, 2011)
Sistem Bagi Hasil dalam penangkapan ikan sangat berperan pula dalam menentukan tingkat pendapatan nelayan. Dalam sistem pembagian hasil penangka-pan ikan pada umumnya diterapkan dengan sistem bagi hasil ini, nelayan pemilik (juragan) menda-patkan bagian hasil lebih banyak dari nelayan peng-garap. Ketimpangan dalam sistem bagi hasil seperti ini nampaknya sudah menjadi tradisi atau budaya dan nampaknya kondisi seperti ini cenderung dilestari-kan, nelayan pemilik modal atau pemilik (juragan) mendominasi para nelayan. Sementara nelayan (penggarap) tidak mempunyai pilihan. Dalam arti karena keterbatasan modal dan skill yang dimiliki oleh nelayan. Disamping itu juga karena budaya atau sikap entrepeneur yang tidak dimiliki oleh nelayan yang tidak dimiliki oleh nelayan sehingga mereka lebih suka menyediakan tenaga dan resiko nyawanya daripada kehilangan modal. Sedang bagi pemilik (juragan) karena mereka sebagai pemilik modal dengan resiko kehilangan modal maka untuk menghindari atau meminimalkan resiko ini mereka menerapkan sistem bagi hasil sebagaimana dijelaskan di atas, yang kecenderungan dengan segala upaya atau bentuk sistem bagi hasil untuk meminimalisir resiko kerugian yang akan diderita kadang dirasa kurang adil bagi nelayan.
Rantai pemasaran yag panjang akan menyebabkan pendapatan nelayan menjadi rendah. Disitulah peran kita sbagai mahasiswa untuk menganalisis megenai solusi terbaik apa yang perlu diberikan dari masalah tersebut. Dari sekian banyak permasalahan kompleks yang ada di nelayan kecil, kita perlu mengeluarkan inovasi agar mereka dapat keluar dari jeratan masalah tersebut. Mungkin untuk merubahnya secara skala besar, kecil kemungkinannya untuk dilakukan. Namun setidaknya, kita perlu mengubah ataupun memodifikasi sedikit sistem ataupun kultur yang ada dalam masyarakat pesisir tersebut untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat di masa mendatang.

"Potret Nelayan Dinegara Kapitalisme Pinggiran"
Bella Maharani¹
Editor: A.Nurfadilla Rosha
Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar , apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang dengan berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di berbagai sektor, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap 4 komponen penting tujuan pembangunan nasional, yaitu pertumbuhan ekonomi (pro growth)2, perluasan lapangan kerja (pro job), penurunan tingkat kemiskinan (pro poor), dan perlindungan lingkungan (pro environment). Namun sejalan dengan perubahan yang begitu cepat di segala bidang, baik berskala nasional maupun internasional, pembangunan sektor kelautan dan perikanan belum secara signifikan memberikan kontribusi ekonomi yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan rakyat , terutama bagi nelayan kecil-kecil termasuk di dalamnya adalah nelayan buruh. (Setiawan. 2020).
Kapitalisme dalam perkembangan dari
Indonesia merdeka hingga ke zaman reformasi ini memiliki bentuk yang
berbeda-beda. Di masa sebelum meredeka kapitalis dipegang oleh pihak penjajah
namun sekarang ini kelompok kapitalis tidak hanya oleh kalangan pengusaha yang
memiliki modal besar namun juga sudah masuk ke kelompok penguasa.
Terdapat 3 (tiga) faktor yang
mempengaruhi pemberdayaan nelayan kecil yaitu faktor teknis, kultural, dan
struktural. Secara teknis, pendapatan nelayan kecil bergantung pada nilai jual
ikan hasil tangkap dan ongkos (biaya) melaut. Selanjutnya, nilai jual ikan
hasil tangkapan ditentukan oleh ketersediaan stok ikan di laut, efisiensi
teknologi penangkapan ikan, dan harga jual ikan. Sedangkan, biaya melaut
bergantung pada kuantitas dan harga dari BBM, perbekalan serta logistik yang
dibutuhkan untuk melaut yang bergantung pula pada ukuran (berat) kapal dan
jumlah awak kapal ikan. Selain itu, nilai investasi kapal ikan, alat
penangkapan, dan peralatan pendukungnya sudah tentu harus dimasukkan ke dalam
perhitungan biaya melaut. Secara kultural, etos kerja nelayan pada umumnya
belum sejalan dengan etos kemajuan dan kesejahteraan. Secara struktural,
kebijakan dan program pemerintah yang kurang kondusif bagi kemajuan dan
kesejahteraan nelayan. Oleh karena itu, pokok-pokok permasalahan dalam
pemberdayaan nelayan kecil dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan di Indonesia terkait pada faktor-faktor sebagai berikut:
1. Masalah dan penyebab
keterbatasan stok SDI (sumber daya ikan) di wilayah wilayah perairan laut :
Permasalahan tersebut disebabkan banyak nelayan yang melakukan usaha
penangkapan ikan di wilayah-wilayah perairan laut yang stok SDI (sumber daya
ikannya) mengalami overfishing (tangkap lebih). Padahal sebagian ikan yang
mengalami kerusakan/busuk dibuang ke laut.
2. Masalah dan penyebab
pencemaran laut, perusakan ekosistem pesisir, dan perubahan iklim global.
3. Masalah dan penyebab
keterbatasan modal
Sebenarnya telah banyak program pemerintah yang diluncurkan
untuk membantu permodalan untuk menanggulangi kemiskinan nelayan, antara lain:
Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Keluarga Sejahtera, Program
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan
Kecamatan (PPK), dan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Sedangkan program
yang secara khusus ditujukan untuk kelompok sasaran masyarakat nelayan antara
lain program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) dan Program Pengembangan
Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil (PUPTSK) (Setiawan. 2020).
Namun, secara umum program-program tersebut tidak membuat
nasib nelayan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Salah satu penyebab
kurang berhasilnya program-program pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
nelayan adalah formulasi kebijakan yang bersifat top down. Formula yang
diberikan cenderung seragam padahal masalah yang dihadapi nelayan sangat
beragam dan seringkali sangat spesifik lokal. Di samping itu, upaya
penanggulangan kemiskinan nelayan seringkali sangat bersifat teknis perikanan,
yakni bagaimana upaya meningkatkan produksi hasil tangkapan, sementara
kemiskinan harus dipandang secara holistik karena permasalahan yang dihadapi
sesungguhnya jauh lebih kompleks dari itu.
Pemberdayaan nelayan kecil di Indonesia belum dilakukan
secara strategi baik dari faktor teknis, kultural dan struktural. Oleh karena
itu, agar tercapai peningkatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan nelayan
kecil pada khususnya dan masyarakat pesisir pada umumnya diperlukan
pengoptimalan program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan di bidang perikanan
kepada para nelayan dalam rangka peningkatan kapasitas dan budaya nelayan agar
lebih kondusif untuk kemajuan dan kesejahteraannya, baik kuantitas maupun
kualitasnya,secara sistematis dan berkesinambungan.
